Tuesday, October 23, 2012

Rubrik Spirit! Sebuah Pencerahan #2

KERANGKA BERPIKIR BERORIENTASI HASIL "SENJATA AMPUH MENYELESAIKAN MASALAH SUPER RUWET"
Gambar 1
Fulan merasa memang jadi sumber masalah dan ahli melakukan hal-hal yang salah. Ia membenci sekolah yang sehari-hari harus ia datangi, rumah yang ingin ia hindari, dan pertemanan yang menyakiti hatinya. Sering ia pusing memikirkan. Ketika ditanya, ia selalu menjawab bahwa ia sedang berusaha memperbaikinya. Ia bisa cerita mengapa selama  3 tahun ini ia nggak dapat melakukan apa pun. Bila ditekan, ia akan ngaku bahwa ia tahu ngapain semuanya tidak membuatnya merasa bahagia.
"Pernahkah kamu ketemu orang seperti Fulan atau malah merasakan masalah yang mirip: masalah yang tampaknya mentok, nggak punya jalan keluar?"
 Jika ya, Fulan, dia, dan kamu butuh satu metode untuk mengatasi hal tersebut, yaitu: kerangka berpikir berorientasi hasil. Dan kabar baiknya, metode ini sudah terbukti sangat ampuh dipakai para terapis psikologi agar klien mereka menemukan jalan keluar dari masalah yang tampaknya buntu itu. Mau?

KERANGKA BERPIKIR AMPUH

Kerangka berpikir berorientasi hasil adalah satu set pertanyaan yang mengorientasikan pikiran seseorang sedemikian rupa sehingga memaksimalkan kemungkinan mendapatkan apa yang diinginkan dan merasa gembira setelah berhasil mendapatkannya.
Kerangka berpikir berorientasi hasil menunjukkan sebuah arah yang pas untuk kamu dan bagaimana kamu bergerak menanggapinya. Misal, kamu bengong di rumah, jenuh dan merasa ada perasaan yang ingin kamu penuhi. Jika kamu memperlakukan perasaan bosan ini sebagai sinyal bahwa inilah waktunya untuk memutuskan apa yang sebenarnya kamu inginkan, kemana persisnya kamu ingin pergi, dan bagaimana cara memperolehnya, kamu kemungkinan besar akan memperoleh apa yang kamu inginkan. Pertama, karena kamu kini tahu 'apa persisnya' yang kamu inginkan. Kedua, kamu kini mengupayakan mendapatkan apa yang kamu inginkan.
Kerangka berpikir berorientasi hasil sebenarnya merupakan orientasi berpikir, sebuah cara mempersepsikan kejadian sebagai satu himpunan pilihan. Alih-alih memfokuskan perkara 'mengapa' sebuah masalah muncul, kerangka berpikir ini lebih mengorganisasikan pengalaman seseorang ke arah 'apa' yang ia inginkan dan 'bagaimana' memungkinkan hal ini terlaksana.

BERPIKIR MASALAH VS BERPIKIR HASIL

Kebiasaan orang memandang masalah berkebalikan dengan kerangka berpikir berorientasi hasil ini. Ketika ada masalah, orang biasa melontarkan sederet pertanyaan berikut:

  1. Apa yang nggak beres di sini?
  2. Mengapa saya punya masalah ini?
  3. Sudah berapa lama saya punya masalah ini?
  4. Bagaimana persisnya hal ini membatasi saya?
  5. Apa yang menjadikan masalah ini menjegal saya mendapatkan apa yang saya inginkan?
  6. Kesalahan siapa sehingga saya punya masalah ini?
  7. Kapan waktu terburuk saya terganggu dengan masalah ini?
Kerangka berpikir seperti ini disebut sebagai 'pemikiran dengan bingkai masalah' atau 'pemikiran dengan bingkai menyalahkan'. Kerangka berpikir seperti ini cenderung mencari kambing hitam: menyalahkan diri sendiri dan orang lain. Kerangka berpikir seperti ini menggiring ke arah batasan diri dan terbatasnya pilihan.
Kerangka berpikir berorientasi hasil juga mempunyai sederet pertanyaan dengan konten yang sama, namun pendekatannya berbeda. Berikut ini adalah pertanyaan dalam kerangka berpikir berorientasi hasil:

  1. Apa yang saya inginkan?
  2. Kapan persisnya saya menginginkan hal ini?
  3. Bagaimana saya tahu bahwa saya telah mendapatkannya?
  4. Ketika saya mendapatkan apa yang saya inginkan, apa lagi aspek hidup saya yang berkembang?
  5. Sumber daya apa yang saya miliki yang dapat membantu saya?
  6. Bagaimana cara optimal memanfaatkan sumber daya yang saya miliki itu?
  7. Apa yang sekarang harus saya lakukan untuk memperoleh apa yang saya inginkan?
Cobalah bandingkan dengan kerangka berpikir dengan bingkai masalah atau bingkai menyalahkan. Resapilah perbedaannya? Apa yang kamu rasakan?
"Ya, secara emosi pertanyaan-pertanyaan pada kerangka berpikir menyalahkan itu akan membuat kita merasa kesal, karena orientasinya pada apa yang salah: mengapa saya begini, mencari kambing hitam, merasa tidak utuh, tertekan, kecewa, dan sedih. Lebih parahnya, kerangka berpikir masalah membuat kita merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali untuk mengubah keadaan tersebut. Sebaliknya, ketika menjawab kerangka berpikir berorientasi hasil, hal itu memberi kita orientasi ke depan dan ke arah sumber daya, serta memberi kira perasaan mampu dan harapan."
Syarah Kerangka Berpikir Berorientasi Hasil


"Apa yang saya inginkan?"
Pertanyaan ini mengarahkan kamu untuk membangun gambaran spesifik tentang apa yang akan kamu tuju. Pertanyaan ini membuat kamu berhenti berputar-putar di masalah, dan membuatmu memutuskan ke mana kamu dapat dan ingin pergi sesuai dengan hasil yang kamu inginkan.


"Bagaimana saya tahu bahwa saya telah mendapatkannya?"
Pertanyaan ini memungkinkan kamu untuk membuat bukti spesifik apa saja yang akan kamu lihat, dengar, dan rasakan ketika sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan. Sering terjadi orang punya suatu gagasan mengenai apa yang ia inginkan, tapi gambarannya sangat samara sehingga ia bahkan tak tahu bahwa ia telah berhasil mendapatkannya. Ia membuang begitu saja emas yang telah digenggamnya, karena tidak tahu warna emas adalah kuning. Bukti spesifik tentang bagaimana kamu tahu bahwa kamu sudah memperoleh tujuan kamu, tidak hanya memberi tes dari suksesmu juga informasi penting tentang penggalan-penggalan yang harus kamu lakukan sejalan dengan tujuanmu.


"Kapan persisnya saya menginginkan hal ini?"
Kesalahan yang paling sering dilakukan orang adalah menggeneralisasikan bahwa apa yang baik pada suatu waktu tertentu, pastilah berlaku sepanjang masa. Setiap kemampuan, pengalaman, atau perilaku, entah menyenangkan atau menyebalkan akan tepat pada konteks tertentu dan tidak tepat pada konteks yang lain. Bertanya kapan saya menginginkan membuat kamu menentukan kapan waktu dan tempat yang tepat.


"Ketika saya mendapatkan apa yang saya inginkan, apa lagi yang akan berubah dalam hidup saya?"
Setiap perubahan yang berhubungan dengan kemampuan, pengalaman, atau perilaku akan berakibat pada aspek-aspek lain dalam rentang tertentu hidupmu. Pertanyaan ini bisa membuat hubungan hasil yang kamu inginkan berjalan selaras dengan keseluruhan kehidupan dan lingkungan sekitarmu.


"Sumberdaya apa yang saya miliki yang bisa membantu saya?"
Pertanyaan ini akan memobilisasi dirimu agar tujuan itu menjadi kenyataan. Untuk merealisasikannya, kamu butuh sumberdaya. Pertanyaan ini memperjelas sumber daya apa saja yang harus kamu miliki, baik yang sekarang kamu miliki (kemampuan belajar,rasa humor,dan lainnya), sumber daya fisik (tenaga,uang,buku,kendaraan), dan orang lain (seorang murabbi,ustadz,sahabat,ortu,guru,dan sebagainya).


"Bagaimana cara optimal memanfaatkan sumber daya ini?"
Setelah mengidentifikasikan sumber dayamu, langkah selanjutnya adalah menentukan bagaimana menggunakannya dan kapan persisnya, beberapa sumber daya bermanfaat untuk saat ini, sedangkan sisanya mungkin untuk kesempatan berikutnya. Jika kamu memutuskan untuk meminta bantuan seseorang sebagai sumber daya, kamu harus menentukan bagaimana kamu dapat berinteraksi secara baik dengan orang tersebut sehingga benar-benar dapat membantumu. Pertanyaan ini akan membantumu mempersiapkan sebuah rencana untuk mempertahankan tujuanmu.


"Apa yang sekarang harus saya lakukan untuk mendapatkan apa yang saya inginkan?"
Sering terjadi orang membuat rencana lalu menunggu hasilnya begitu lama, tanpa melakukan apapun. Tidak diragukan, apa pun tujuanmu, maka apa yang kamu lakukan sekarang akan mulai membawamu menuju ke tujuanmu. Tujuan pernyataan ini adalah untuk merangsang inisiatif serta langkah pertamamu.


Dari Masalah ke Solusi
Sudah jelas bukan? Kerangka berpikir berorientasi hasil merupakan kerangka acuan untuk melakukan sesuatu, bukan hanya satu set pertanyaan yang harus dilontarkan. Ini cenderung ke cara mengorganisasikan. 369 kemungkinan-kemungkinan, dan bukan mengeksploitasi kekurangan-kekurangan kita.
Terjebak pada pertanyaan yang menyalahkan diri sendiri atau orang lain adalah wajar. Masalahnya, kalo pertanyaan itu yang kamu pelihara dalam keseharianmu, kamu nggak bakal berkembang. Lain waktu ketika kamu terjebak pada pertanyaan seperti itu, berbicara pada diri sendiri ngapain kamu gagal atau ngapain kamu melakukan sesuatu yang salah, cobalah untuk beralih ke pertanyaan kerangka berpikir berorientasi hasil: "Hikmah apa yang dapat saya petik dari kejadian ini?","Apa sebenarnya tujuan saya?","Dapatkah saya mencoba cara lain di lain waktu?","Apa yang dapat saya lakukan sekarang untuk mengubah hal ini?"
Ketika kamu mengubah pemikiran 'masalah' menjadi 'masukan' yang mengindikasikan padamu bagaimana kamu harus mengubah perilaku, kejadian itu akan berubah secara dramatis. Dan kamu akan lebih bisa memperhatikan tujuanmu.
Tetaplah penting untuk mencari tahu apa yang menghambat seseorang untuk waktu SEKARANG INI, dan dengan kerangka berpikir berorientasi hasil, kamu akan memperoleh jawabannya. Kalau kamu berorientasi pada hasil atau tujuan kamu, maka hambatan akan menjadi informasi tentang apa yang seharusnya diubah sehingga kamu dapat mencapai tujuanmu. Pertanyaannya, lalu bagaimana cara menyelesaikan hambatan tersebut.
Harap diingat bahwa kerangka berpikir berorientasi hasil lebih merupakan kerangka orientasi, bukan hanya mengajukan sejumlah pertanyaan. Yang paling penting adalah secara persis menemukan sebuah tujuan dan mencari cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Semoga rubrik di atas bermanfaat bagi para pembaca.
Sumber : Majalah Elfata

No comments:

Post a Comment